Sri memoles bibirnya dengan
gincu warna merah, mematut-matut gaun brokat yang diperoleh dari pasar jumat
dengan harga miring.
“Mas parno, titip gubuk ya,
aku mau keluar sebentar, ada janji dengan teman-teman” kata Sri sambil memasang
gembok di lawang gubuknya.
Parno yang sedang menyesap
kopi di depan rumahnya cuma mengangguk.
“Aku cantik ndak kang? Lihat
tas ku baru, apik yo?”
“Mahal ya Sri? Sugih duit
kamu” Sri tertawa mringis.
“Kredit kang, dari mbak Mitha,
yang rumahnya deket pengkolan itu. Katanya tas ini lagi ngetrend, sejak dipake
syahrini, artis yang kang Parno bilang slemoh itu.”
“Wes ah, tak berangkat
dulu, nanti aku telat”
Parno mengikuti langkah
kaki Sri dengan ekor matanya, di kampung mereka berdua bertetangga, bahkan
berangkat ke jakarta pun bersama. Sama-sama membawa kisah sendiri, Parno yang
luka hati ditinggal kawin pacarnya, Sri yang tak tahan lagi setiap hari
bertengkar dengan bapaknya.
“KAAAANGG .... KANG
PARNOOOO “ Sri datang dengan tergoboh-goboh sambil menyentak-nyentak tubuh Parno
yang bersandar di tiang rumah.
“Kang ... aku kecopetan,
duitnya sih ndak seberapa, tapi tasku kang tas baruku .... suwek kang” Sri
menangis sejadi-jadinya. Terbayang cicilan yang harus dilunasi, terbayang saat memegang
tas mahal itu pertama kali.
Sri
menimang-nimang tas branded itu. Bentuknya cantik sekali. Terbuat dari kulit
sintetis yang diemboss berwarna putih dengan aksen kulit sintetis bertekstur
kulit ular. Berkali-kali dia menimang lalu menaruhnya kembali, lalu kembali
mengambil dan menimangnya lagi. Pikirannya kacau, membuat semalaman tidurnya
tidak nyenyak. Esok harinya, Sri kembali
mendatangi penjual tas itu, hatinya sudah bulat, dia sudah terlanjur terpikat.
“Ya sudah mbak Mitha, aku
jadi ambil deh, tapi 3 kali bayar ya” Sri membawa bungkusan tas bermerek
terkenal itu dengan hati-hati, melindunginya dari tetesan sisa gerimis sore
itu, mendekapnya erat di dadanya seakan takut tas itu terlepas darinya.
“Mulane to Sri, besok lagi,
ndak usah macem-macem kredit tas mahal segala”
“Kang, aku kan juga
kepengen cantik, kayak perempuan-perempuan di tipi itu, pake baju mahal, tas
mahal, jalan-jalan di mol” bela Sri di sela isak tangisnya
“Lha mereka kan perempuan
Sri! Kamu itu inget ... inget sama kodratmu, kamu itu Sriyono!! Tas mahal tetep
ndak bisa bikin lengan sama betismu yang kadung berotot itu jadi alus dan seksi”
Parno membanting pintu
gubuknya dan berlalu ke dalam, Sri masih terisak, Kang Parno yang biasanya
selalu mengerti kondisinya sudah tak jauh beda dengan bapaknya.
nb. cerita ini hanyalah fiksi saja, jika ada kesamaan nama dan alur itu hanya kebetulan semata ... percayalah .... sama Tuhan jangan sama saya ... musyrik :|
Ohhh ... ternyata namanya Sriyono toh ..
BalasHapustasnya buatku saja Sri, lenganku tak berotot kok :))
hihihi...ternyata...iya betul ya, Sri tidak selalu kemayu...idenya oke mak, salam kenal...:-)
BalasHapuswekekekekekeke keren, twistnya itu lho. kirain sri perempuan gara2 omongane kemayu, ternyataaa. srionooo sriono :D
BalasHapuswuhuuuu sriyono... temen di sini ada yg namanya Sriyono, hhihi jadi kebayang2 wkwkwk
BalasHapusOh ya mba, perhatikan lagi tanda bacanya, ya. Ada beberapa yg saya lihat ga sesuai soalnya :)
Trimikisiii :))
ya ampunnnnnn... endingnya mengejutkan..!!!
BalasHapusitu NB nya itu malah yang distracting khas nya Yuyuk :))))))) *lospokus beneran*
BalasHapushahaah ga nyangka endingnya menakjubkan
BalasHapuslam kenal mba
Bener, endingnya gak ketebak, nice Mbak :)
BalasHapushiyaaa tanda bacanya masih berantakan yaa ... musti belajar lagi semangaat *iket kepala* :))
BalasHapussalam kenal semua emak-emak kece, maaf blm bisa balas berkunjung, segera nanti saya nyamperin satu-satu :D
gubrak!
BalasHapushihihi.. endingnya enggak disangka2 mba :)
walah... ternyata Sriyono toh, sungguh ending yang tak terduga, hihihi
BalasHapus>.<
BalasHapus