Sri memoles bibirnya dengan
gincu warna merah, mematut-matut gaun brokat yang diperoleh dari pasar jumat
dengan harga miring.
“Mas parno, titip gubuk ya,
aku mau keluar sebentar, ada janji dengan teman-teman” kata Sri sambil memasang
gembok di lawang gubuknya.
Parno yang sedang menyesap
kopi di depan rumahnya cuma mengangguk.
“Aku cantik ndak kang? Lihat
tas ku baru, apik yo?”
“Mahal ya Sri? Sugih duit
kamu” Sri tertawa mringis.
“Kredit kang, dari mbak Mitha,
yang rumahnya deket pengkolan itu. Katanya tas ini lagi ngetrend, sejak dipake
syahrini, artis yang kang Parno bilang slemoh itu.”
“Wes ah, tak berangkat
dulu, nanti aku telat”
Parno mengikuti langkah
kaki Sri dengan ekor matanya, di kampung mereka berdua bertetangga, bahkan
berangkat ke jakarta pun bersama. Sama-sama membawa kisah sendiri, Parno yang
luka hati ditinggal kawin pacarnya, Sri yang tak tahan lagi setiap hari
bertengkar dengan bapaknya.